Pages

Senin, 02 September 2013

Diversitas Mayoritas

Akhir-akhir ini marak diperbincangkan diversitas; baik lewat film-film pendek maupun diskusi-diskudi santai. Bukan menyoal tentang SARA, namun diversitas tanpa disadari lebih mengarah pada orang-orang minoritas. Tentu saja dengan konklusi minoritas tak selamanya buruk. Soe Hok Gie, dalam kurungan minoritas "Cina yang non agamis" di tahun kejayaan komunisme cina tentu bukan hal mudah di negeri dengan orang-orang yang sedang tersulut api nasionalisme baru. Toh akhirnya karya-karya Soe Hok Gie bisa tetap berdiri di atas keindependensiannya (yang saat itu sangat berani untuk diungkap)

Saya seorang gadis biasa. Bisa dibilang saya mutlak golongan mayoritas: perempuan diantara 70 mahasiswi 2012 di fakultas saya (perbandingan mahasiswa: mahasiswi 3:1) Tentu saja sebagai seorang mayoritas tak mudah untuk mendapatkan sesuatu. Disetiap kepanitiaan khususnya yang memerlukan waktu tempuh ke tempat acara membutuhkan waktu yang lama dikarenakan medan yang sulit, mahasiswa selalu dicari; mahasiswi yang dikurangi. Kadang saya berfikir: Apa benar emansipasi wanita itu benar adanya di zaman populasi meledak seperti ini? Mungkin ini yang luput dari perhatian Ibu Kartini di tahun duapuluhan

Nama saya terlalu pasaran: Icha. Di angkatan saya saja ada 3 nama Icha. Tak mudah memiliki nama yang pasaran (baca: mayoritas). Setidaknya saya harus membiasakan diri memperkirakan siapa yang dipanggil ketika nama Icha disebut.

Saya gadis berjilbab. Sekitar 70 persen mahasiswi di fakultas saya berjilbab. Ketika seorang bertanya tentang saya misalnya, mereka akan menjawab: yang pakai jilbab. Seakan-akan identitas menjadi tergeneralisis

Karena hal-hal inilah saya kurang setuju dengan pembahasan diversitas yang memandang minoritas sebagai hal yang terpojok, satu-satunya. Nyatanya mayoritas sebenarnya lebih terpojok lagi. Minoritas sepertinya hal yang ampuh untuk menunjukkan identitas, sedangkan mayoritas? Entahlah, mungkin benar kata pepatah: Rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri. Selalu ada celah untuk prasangka mengurangi syukur
 

(c)2009 Biskuit Kaleng. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger